Tips Performa

Manfaat Buah Cherry

Simak manfaat kesehatan lain dari buah cherry selengkapnya seperti yang dilansir dari Medical Daily...

Tips Mesin

Taman Bunga Terindah Di Dunia 2014

Hari ini, taman nasional tertua yang terletak di ibukota Amerika ini dikunjuni 1 juta orang setiap tahun nya. ...

Tips Kelistrikan

Gedung Tertinggi Di Asia Tenggara Tahun 2014

Bisa Dibayangkan Indonesia juga Bisa menciptakan Tower tertinggi didunia,...

Tips Kaki-kaki

10 Misteri Menyeramkan Di Dunia

Sebuah misteri yang diyakini masyarakat, tentang keberadaan hal- hal misterius yang sangat menyeramkan....

Otomotif Kitau

Jumat, 25 Mei 2012

Laporan Pendahuluan Penyakit Hemoptisis

 A. Pengertian 
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama.
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam. 

B. ETIOLOGI

Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali.
Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada
 sistem arteri bronchialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. 
Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
- Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru, aspergillosis
- Tumor : Karsinoma paru
- Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik, malformasi  
   Arteriovenous.

C. PATOFISIOLOGI
Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum, gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet.

Hemoptysis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.
D. KOMPLIKASI
·         Sakit dinding dada dan abdomen
·         Inkontinensia Urine
·         Kelelahan
·         Serangan batuk mendadak
·         Patah tulang Iga
·         Tuberkulosis paru.
E. MANIFESTASI KLINIS
·         Batuk kronis
·         Produksi sputum purulent kehitaman
·         Perubahan pola napas
·         Pasien biasanya mengeluh nyeri dada
·         Dispnea
·         Demam
F. PENATALAKSANAAN
Terapi simtomatis
Untuk hemoptysis ringan dan tidak mengancam jiwa pasien pengobatan simtomatis dapat dilakukan dengan pemberian supressant batuk, dan bronchodilatator. Pasien harus dijaga supaya tetap tenang, dibantu dengan pemberian obat penenang. 
Pada pasien hemoptysis yang terancam jiwanya, tindakan emergensi harus dilakukan untuk membantu jiwa pasien. Pertama yang perlu diperhatikan yaitu sirkulasi udara tetap lancar, restoring volume darah, tindakan bedah untuk menghentikan perdarahan.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat kesehatan masa lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :
a) Usia mulainya merokok secara rutin.
b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c) Usia melepas kebiasaan merokok.
d) Pengobatan saat ini dan masa lalu
e) Alergi
f ) Tempat tinggal


2.  Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada                tiga, yaitu       :
1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi        dapat diketahui         sumber                penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau     kenalan           dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
       3.  Pemeriksaan Fisik
            a.  Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan     penggunaan   otot        bantu  pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan     tubuh  klien.
9) Kelainan      pada bentuk        dada    :
a) BarrelChest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering     terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel   Chest       (Pectus        Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia,     marfan’s     syndrome            atau     akibat  kecelakaan     kerja.
c)  Pigeon Chest   (Pectus   Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP.     Timbul  pada klien       dengan          kyphoscoliosis           berat.

10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan     obstruksi     jalan nafas.
b.  Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,     bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
c.  Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan     pengembangan    (ekskursi)diafragma.
Jenis    suara     perkusi     :
Suara  perkusi normal     :Resonan(Sonor):bergaung,            nada rendah. Dihasilkan pada     jaringan       paru normal.Dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
Suara  Perkusi Abnormal: :
Hiperresonan
Flatness: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru    yang    abnormal berisi   udara.
d.  Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal,       suara  tambahan  (abnormal),            dan      suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,     dengan  sifat  bersih
Suara  nafas     normal:
a) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal                     notch.
b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding        dada.
c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari     ekspirasi,     ekspirasi  terdengar       seperti           tiupan.
Suara  nafas     tambahan            :
d) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
e) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan     peningkatan          produksi    sputum.
f) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga    mengalami     nyeri   saat   bernafas dalam.
g) Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara        seperti     rambut  yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin  akan     berubah       ketika      klien    batuk.
4. Pengkajian Psikososial
          Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.
Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau     ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari       jalan    keluarnya.

G. DIAGNOSA  KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan oksigenasi yang mencakup ventilasi, difusi dan transportasi, sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005) dan pengembangan dari penulis antara lain :
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Adalah Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan PCO.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
     1. NDx : Bersihan jalan napas tidak efektif b/d kerusakan pada fisiologi ventilasi
        Tujuan: Jalan napas bersih dan efektif
        Intervensi :
       a. mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah irama, dan kedalaman, napas.
       b. mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret / batuk secara efektif.
       c. mengatur posisi tidur semi atau high fowler.
       d. membersihkan sekret dari dalam mulut dan trachea, suction jika memungkinkan.
       e. memberikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi.

     2. NDx : Kerusakan pertukaran gas b/d kerusakan pada fisiologi difusi.
         Tujuan: Klien bernapas dengan mudah dan tidak terdapat sianosis.
        Intervensi :
       a. Manajemen jalan napas
       b. Latihan batuk
       c. Terapi oksigen
       d. Memonitor respirasi
       e. memonitor tanda vital
      
     3. Pola napas tidak efektif b/d kerusakan pada fisiologi transportasi
          Tujuan : Klien bernapas dengan efektif
          Intervensi:
          a. mengkaji kecepatan napas, kedalaman, dan ekspansi dada.

          b. auskultasi suara napas dan catat adanya suara napas tambahan
          c.  mengobservasi pola batuk dan kateter dari sekret.
          d.  kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

0 komentar to “Laporan Pendahuluan Penyakit Hemoptisis”

Posting Komentar

oopz...!!!
"jangan lupa komenter_nya yach...""

 
Twitter Facebook Feedburner Google +1 youtube flickr
© Copyright 2012 Informasi Teknologi, Sejarah, Alam Wisata, Kesehatan Template Modify by INFORMASI KITA | Powered by Blogger.com.